Senin, 26 September 2016

DURABILITAS


  • Didefinisikan sebagai ketahanan beton menghadapi serangan -serangan yang serangan yang merusak baik yang disebabkan oleh faktor -faktor fisik maupun yang disebabkan oleh faktor disebabkan oleh faktor -faktor kimiawi.


Zona-Zona dalam Lingkungan Laut

  1. Zona atmosfir laut
  2. Zona terpercik (splash-zone)
  3. Zona pasang surut (tidal-zone)
  4. Zona terendam (submerged zone)

Zona Atmosfir Laut

  • intensitas serangan korosi dipengaruhi oleh jumlah partikel barang yang terbawa angin dan mengendap pada permukaan struktur.
  • rentan terhadap keretakan yang disebabkan oleh proses pembekuan-pencairan dan perubahan suhu.
  • frekuensi hujan yang tinggi dapat mengurangi laju korosi.

Zona Terpercik

  • selalu dibasahi percikan air laut.
  • rentan terhadap keretakan yang diakibatkan oleh abrasi, erosi, benturan, serta reaksi kimia antara ion-ion agresif yang terkandung dalam air laut dengan beton.
  • untuk baja tulangan, zona ini adalah zona yang paling agresif (korosi).

Zona Pasang Surut

  • saat pasang, struktur akan terendam; saat surut, struktur tidak benar-benar kering; maka endapan garam dapat tertinggal pada struktur.
  • organisme laut dapat tinggal dalam zona ini, sehingga dapat menyebabkan korosi setempat pada baja.
  • rentan terhadap keretakan yang diakibatkan oleh abrasi, erosi, benturan, serta reaksi kimia antara ion-ion agresif yang terkandung dalam air laut dengan beton.

Zona Terendam

  • kerusakan pada zona ini terutama disebabkan oleh rreaksi kimia antara ion-ion agresif yang terkandung dalam air laut dengan beton, misalnya reaksi antara sulfat, klorida dan CO2 dengan beton.
  • kadar oksigen terlarut mendekati nilai jenuh.
  • aktivitas biologi maksimum.
  • adanya kandungan sulfida dan ammonia, mempercepat korosi baja.

Kerusakan-kerusakan beton di lingkungan laut dan pantai dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: kerusakan yang disebabkan oleh faktor disebabkan oleh faktor -faktor fisik dan kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor kimiawi.
Kegagalan suatu struktur beton di lingkungan laut yang mengalami kerusakan parah menunjukkan adanya interaksi dari penyebab fisik dan kimia yang bekerja bersamaan.

Tahap Kerusakan Beton




A. Faktor Fisik Penyebab Pengikisan Permukaan Beton

1. Benturan/Beban impact

Beban impact adalah beban yang datang tiba-tiba dan mempunyai kecepatan yang tinggi.

Ketahanan impact amat tergantung dari kemampuan beton untuk menahan dan menyerap energi benturan yang terjadi.

2. Abrasi

Hantaman gelombang yang mengandung pasir, kerikil, atau benda padat lainnya.

3. Erosi

Air, angin, hujan, dan proses mekanik lainnya yang menyebabkan ausnya permukaan.

Ketahanan terhadap abrasi dan erosi dipengaruhi oleh kualitas beton, properti permukaan beton, dan kekuatan serta kekerasan agregat kasar.


4. Kavitasi

Hantaman air berkecepatan tinggi yang memiliki gelembung udara, kemudian pecah dengan kecepatan tinggi saat membentur permukaan beton.

Ketahanan terhadap kavitasi dipengaruhi oleh kualitas beton, lekatan antara agregat kasar dengan pasta semen, dan ukuran maksimum agregat kasar.

B. Faktor Fisik Penyebab Keretakan pada Beton

[1] BETON SEGAR

1. Crazing

Adalah pola dari retak-retak halus yang tidak menembus jauh kebawah permukaan dan umumnya hanya merupakan masalah kosmetik. Retak-retak ini hampir tidak tampak kecuali ketika permukaan beton baru saja mengering setelah dibasahi.

2. Plastic Shrinkage

Ketika air yang menguap dari permukaan beton yang baru dicor lebih cepat dari air yang dihasilkan dalam proses bleeding, maka permukaan beton akan menyusut. Karena adanya restrain dari beton dibawah lapisan permukaan yang mengering, timbul tegangan tarik pada beton yang masih lemah dan baru mulai mengeras, hal ini mengakibatkan retak-retak dangkal dengan berbagai variasi kedalaman. Kadang lebar retak-retak dipermukaan beton cukup besar.



[2] BETON YANG MENGERAS

1. Drying Shrinkage

Karena hampir semua beton mempunyai campuran air lebih besar dari yang dibutuhkan untuk proses hidrasi, air yang tersisa tsb akan menguap, mengakibatkan beton menyusut. Restrain terhadap susut oleh tulangan atau bagian lain struktur menyebabkan timbulnya tegangan tarik pada beton yang mengeras.

Restrain terhadap drying shrinkage adalah penyebab retak yang paling umum pada beton. Pada kebanyakan aplikasi, drying shrinkage tidak bisa dihindari. 

2. Thermal Shrinkage

Kenaikan temperatur diakibatkan oleh panas yang dibebaskan pada proses hidrasi. Ketika interior beton mengalami kenaikan temperatur dan mengembang, permukaan beton mungkin sedang mengalami pendinginan. Jika perbedaan temperatur ini terlalu jauh, maka akan timbul tegangan tarik yang akan mengakibatkan retak-retak thermal pada permukaan beton. Lebar dan kedalaman retak tergantung pada perbedaan temperatur serta karakteristik fisik beton dan tulangan.

3. Beban Siklis

Beban siklis sering dijumpai pada struktur- struktur a.l. struktur lepas pantai (akibat angin dan gelombang), jembatan, dermaga dan dolphin. Ketahanan beton terhadap beban siklis disebut ketahanan fatigue dan amat dipengaruhi oleh karakteristik lekatan antara agregat dengan pasta semen pada zona transisinya. Semakin kecil ukuran maksimum agregat semakin tinggi ketahanan fatigue-nya. 

4. Kebakaran

Pengaruh kebakaran pada beton bertulang tergantung dari tinggi temperaturnya dan lama terjadinya. 

Pengaruh kebakaran terhadap kekuatan komponen beton bertulang adalah menurunnya kuat tekan beton, menurunnya modulus elastisitas, menurunnya kuat lekat baja-beton, serta ekspansi longitudinal dan radial tulangan. Pembetukan retak akibat kebakaran diawali pada sambungan-sambungan dan bagian- bagian beton yang kurang kompak.

5. Kristalisasi Garam

Stress yang diakibatkan oleh kristalisasi garam pada beton yang permeable dapat menyebabkan retak-retak dan spalling.

6. Pembekuan dan Pencairan

Pada daerah dingin, kerusakan dan keretakan beton umumnya disebabkan oleh proses pembekuan dan pencairan yang terus berulang-ulang.



KERUSAKAN BETON AKIBAT PENYEBAB KIMIAWI

(Korosi pada Tulangan Baja)


KERUSAKAN AKIBAT KOROSI 

Korosi dimulai ketika terjadi kerusakan pada lapisan oksida pelindung tulangan.

Beton mengandung ion hidroksil (OH-), kondisi ini menguntungkan untuk tulangan beton, karena ion hidroksil yang terkandung pada air pori beton tsb dapat bereaksi dengan tulangan baja membentuk lapisan pelindung pasif atau pasif film pada permukaan tulangan.

Lapisan pasif ini akan bertindak sebagai pelindung bagi tulangan baja dengan cara menghalangi kontak antara tulangan dengan air dan oksigen.

Ada dua proses yang bisa menghancurkan lapisan pasif, yaitu:
  • Reaksi karbon dioksida (CO2) dengan ion hidroksil pada beton, mekanismenya dikenal dengan sebutan karbonasi
  • Penetrasi ion klorida (Cl-) ke dalam beton

Mekanisme Korosi pada Baja Tulangan

Korosi dari baja tulangan pada beton adalah proses elektrokimia, sel elektrokimia terbentuk ketika terdapat perbedaan potensial sepanjang tulangan beton.

Proses elektrokimia melibatkan pembentukan daerah anoda dan katoda di dua lokasi yang berbeda di ssepanjang baja tulangan yang sama.

Reaksi Anodik
Fe ➡ 2Fe++ + 4e-

Reaksi Katodik
O2  + H2O + 4e- ➡ 4OH
  • Pembentukan karat mengakibatkan peningkatan volume beton pada permukaan tulangan di daerah perbatasan tulangan dan beton (steel concrete interface).
  • Peningkatan volume ini harus di akomodasi dan jika beton tidak bisa mengakomodasi maka akan terjadi retak-retak.

Karbonasi

Karbonasi asalah korosi pada beton bertulang yang disebabkan oleh gas karbon dioksida CO2. Karbon dioksida dalam air laut dapat berasal dari penyerapan di atmosfir atau dari pembusukan tanaman laut.

Konsentrasi CO2 di udara sebesar 0,03% per volume, sudah cukup untuk menimbulkan serangan pada beton, sedang kandungan CO2 di udara pada kota-kota besar umumnya mencapai 0,3%.

  • Hidrat semen yang diserang adalah Ca(OH)2, produk reaksinya adalah kalsium karbonat (CaCO3). Ketika kandungan Ca(OH)2 hampir habis, CO2 akan bereaksi dengan hidrat kalsium silika (C-S-H) membentuk gel silika yang memiliki karakteristik pori-pori yang berukuran besar (> 100 nm).

  • Jika kandungan CO2 tinggi (seperti pada daerah muara/ teluk) maka kalsium karbonat yang terbentuk pada reaksi awal akan bereaksi lebih lanjut membentuk kalsium bikarbonat, reaksinya seperti dibawah ini:
CO2 + Ca(OH)2 → CaCO3 + 2 H2O  → Ca(HCO3)2

  • Atau setelah Ca(OH)2 habis, CO2 bereaksi dengan hidrat kalsium silika (C-S-H) membentuk gel silika CO2 + CSH → 3CaCO3 + 2SiO2.H2O

  • Dengan berubahnya Ca(OH)2 yang bersifat basa menjadi asam karbonat (CaCO3) maka pH pori beton yang sebelumnya berkisar antara 12.6 sampai 13.5 bisa turun dan dapat mencapai nilai pH < 9. 

  • Nilai pH yang rendah akan menyebabkan hancurnya lapisan pasif yang melindungi tulangan beton. 

  •  Akibat lain dari perubahan Ca(OH)2 menjadi asam karbonat (CaCO3) adalah terbentuknya lapisan karbonasi,  yang akan membagi beton menjadi dua bagian, yaitu zona yang terkarbonasi dan zona yang tidak terkarbonasi.

  • Ketika zona karbonasi mencapai permukaan tulangan, maka depasivasi tulangan mulai terjadi.

  • Waktu yang dibutuhkan oleh proses karbonasi dari permukaan beton sampai mencapai lapisan pasif adalah fungsi dari
- ketebalan selimut beton
- karakteristik beton
- laju difusi CO2 kedalam beton
  • CO2 berdifusi hampir seluruhnya dalam bentuk gas dan hampir tidak pernah berpenetrasi kedalam beton yang jenuh, dilain pihak reaksi dengan Ca(OH)2 hampir tidak pernah terjadi jika beton benar-benar kering. Jadi depasivasi tulangan oleh CO2 amat tergantung pada kandungan air/kelembaban beton. 

  • Sering diasumsikan bahwa laju karbonasi adalah fungsi dari kekuatan beton, asumsi ini kurang tepat karena laju karbonasi sebenarnya lebih tergantung pada mikrostruktur permukaan beton pada saat diffusi CO2 berlangsung. 

  • Karenanya pengaruh perawatan (curing) beton terhadap karbonasi amat besar. Perawatan yang kurang tepat akan meningkatkan porositas beton yang selanjutnya akan meningkatkan laju karbonasi. 

Senin, 12 September 2016

Standar Uji Agregat Beton

Agregat dibagi menjadi dua yaitu :
  1.  Agregat kasar, ukurannya lebih dari 4.75 mm (standar ASTM)
  2. Agregat halus, ukurannya kurang dari 4.75 mm (standar ASTM)

Ukuran agregat maksimum :
  • Untuk meningkatkan kekuatan, semakin besar ukuran agregat, maka semakin kecil kebutuhan airnya.
  • Agregat > 38.1 mm menyebabkan kekuatan yang semakin meningkat, namun daerah lekat berkurang sehingga dapat beresiko terjadi penurunan kekuatan.
  •  Agregat > 40 mm dapat menimbulkan resiko segregasi
  • Standar pembatasan struktural agregat : 
ACI 318 dan PBI 1989 : Building Code Requirements for Structural Concrete and Commentary
               
Sifat agregat dan standar yang digunakan :
  1. Gradasi atau distribusi ukuran 
    • Standar pengujian : 
      • SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tantang analisis saringan agregat halus dan kasar.
      • ASTM C136-1992 : Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates. 
  2. Abrasi
    • Standar pengujian :
      • SNI 03-2147-2008 : Metode Pengujian Kehalusan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles.
      • ASTM C131-1989 : Standard Test Method for Resistance to Degradation of small size coarse aggregate by Abrasion and  Impact in the Los Angeles machine (AASHTO no. T96).
  3. Kekekalan (Soundness)
    • Standar pengujian :
      • SNI 03-3407-2008 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Batu terhadap Larutan Natrium.
      • ASTM C88-1990 : Test Method for Soundness of Aggregates by Use of Sodium Sulfate or Magnesium Sulfate.
  4. Reaktifitas rekasi agregat-alkali
    • Standar pengujian :
      • ASTM C227-1990 : metode mortar bar, Test Method for Potential Alkali Reactivity of Cement-Agregate Combinations.
      • ASTM C289-1987 : metode kimia, Test Method for Potential Alkali Silica Reactivity of Aggregates.
         
  5. Reaktifitas dengan kotoran dan material berbahaya
    • Standar pengujian :
      • Kotoran organik dari gula
        • ASTM C40-1992 : Test Method for Organic Impurities in Fine Aggregates for Concrete.
        • SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar atau Beton.
      • Gula
        • AS 1141, section 35 : Method for Sampling and Testing Aggregates.
      • Material < 75µm
        • ASTM C117-90 : Test Method for Material Finer than 75-mm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing.
        • SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah Bahan dalam Agregate yang Lolos Saringan Nomor 200 (0,0075 mm).
           
      • Partikel ringan
        • AS 1141, section 31 : Method for Sampling and Testing Aggregates.
        • SNI 03-3416-1994 : Metode Pengujian Partikel Ringan dalam Agregat.
        • ASTM C123-1990 : Test Method for Lightweight Particles in Aggregate.
  6. Reaktifitas garam-garam larut
    • Air Campuran Beton : semua air dapat digunakan untuk bahan campuran beton, kecuali air yang tidak memenuhi syarat :
      • Kuat tekan beton pada umur 7-28 hari < 28% menggunakan air
        • Standar :
          BS 3148:1980 : Method of Test for Water for Making Concrete (including notes on the suitability of the water).
      • Perbedaan waktu ikat awal menggunakan air 
        • Standar :
          • BS 3148:1980 : Method of Test for Water for Making Concrete (including notes on the suitability of the water).
                         
Singkatan dan penjelasan dari standar-standar di atas : 
  1. ASTM merupakan singkatan dari American Society for Testing and Material, dibentuk pertama kali pada tahun 1898 oleh sekelompok insinyur dan ilmuwan untuk mengatasi bahan baku besi pada rel kereta api yang selalu bermasalah. Sekarang ini, ASTM mempunyai lebih dari 12.000 buah standar. Standar ASTM banyak digunakan pada negara-negara maju maupun berkembang dalam penelitian akademisi maupun industri.
    Pada evaluasi atau pengukuran suatu besaran, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan dengan benar supaya hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur – prosedur itu sendiri akan mengikuti salah satu standar baku yang ditetapkan oleh suatu badan atau otoritas tertentu, misalnya ASTM (American Society for Testing and Materials), JIS (Japan Industrial Standards), BS (British Standard),  DIN (Jerman), atau SNI (Standar Nasional Indonesia).
  2. Metode American Concrete Institute (ACI) mensyaratkan suatu campuran perancangan beton dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan memperhatikan ketersediaan bahan-bahan di lapangan, kemudahan pekerjaan, serta keawetan kekuatan dan pekerja beton. Cara ACI melihat bahwa dengan ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan (workability).
  3. PBI merupakan singkatan dari Peraturan Beton Indonesia.
    Sampai saat ini yang masih menjadi acuan dalam pelaksanaan pekerjaan kostruksi beton adalah 2 peraturan, yaitu peraturan lama Standar Beton Indonesia PBI dan peraturan baru : SNI, secara teknis ketika peraturan baru disahkan maka peraturan lama akan ditinggalkan namun dalam praktik dilapangan peraturan lama masih diminati oleh sebagian insinyur/sarjana di indonesia.
  4. Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh BSN.
  5. Australian Standard (AS) telah dikembangkan untuk bangunan dan industri konstruksi, yang menambah keamanan, efisiensi dan efektivitas biaya bangunan di Australia. Sebuah standar adalah dokumen yang memberikan peraturan, pedoman dan spesifikasi teknis sering rinci untuk kegiatan yang dilakukan di industri.
  6. British Standards (BS) adalah suatu standar yang diterbitkan oleh BSI British Standards, suatu divisi dari BSI Group. Keberadaannya dinyatakan dalam suatu Royal Charter dan secara formal ditunjuk sebagai badan standardisasi nasional (national standards body) untuk Britania Raya. BSI Group dimulai pada tahun 1901 dengan nama Engineering Standards Committee untuk menstandardisasi industri besi untuk membuat pabrikan Britania lebih efisien dan kompetitif. Dengan berjalannya waktu, standar berkembang ke berbagai aspek rekayasa, termasuk sistem kualitas, keselamatan, dan keamanan.






Sumber :
https://www.astm.org/
https://www.document-center.com/standards/
http://www.raqsa.mto.gov.on.ca/techpubs/opsa.nsf/0/39EEF73375E6710885257FAE006847C3?OpenDocument
https://en.wikipedia.org/wiki/ASTM_International
http://ilmu-civil1001.blogspot.co.id/p/mix-design-aci-metode.html
http://strukturbeton.web.id/blog/standard-perencanaan/
https://en.wikipedia.org/wiki/American_Concrete_Institute
https://www.academia.edu/8201814/STANDAR_NASIONAL_INDONESIA_TENTANG_TATA_CARA_PERANCANGAN_STRUKTUR_BETON_PRACETAK_DAN_PRATEGANG_UNTUK_BANGUNAN_GEDUNG
http://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/5
http://www.ilmusipil.com/standar-sni-aci-astm-beton-bertulang
https://www.masterbuilders.asn.au/building-and-planning/australian-standards
http://www.ccanz.org.nz/page/Impurities-and-Other-Harmful-Materials.aspx
http://infostore.saiglobal.com/
https://www.scribd.com/doc/119942841/As-2758-1-1998-Concrete-Aggregates
http://trove.nla.gov.au/work/
https://en.wikipedia.org/wiki/British_Standards






Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah KL 2105 Bahan Bangunan Laut
dengan dosen pengajar Alamsyah Kurniawan, Ph. D.
Disusun Oleh:
Anugrah Yazid Ghani
15515025 / Teknik Kelautan ITB 2015

Senin, 05 September 2016

Sifat Mekanik Beton

  • KEKUATAN TEKAN ( fc' )
    • Kuat tekan beton hampir selalu dijadikan acuan dalam perencanaan suatu campuran beton.
    • Masih banyak yang beranggapan beton dengan kekuatan tinggi pasti memiliki karakteristik lain yang baik juga, seperti misalnya durabilitas yang tinggi. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena durabilitas lebih ditentukan dari permeabilitas dan karakteristik selimut betonnya. Walaupun demikian, kekuatan beton bisa memberi gambaran keseluruhan kualitas beton tersebut karena kekuatan terkait langsung dengan struktur hidrasi dari pasta semennya.
    • Kekuatan tekan beton juga merupakan elemen kinerja utama untuk perencanaan struktural.
    • Ditentukan berdasarkan tes benda uji silinder beton ( ukuran 15 x 30 cm ) usia 28 hari.
    • Secara umum di gunakan sebagai parameter kontrol yang menjadi ukuran bagi kualitas beton.
    • Dipengaruhi oleh:
      • Perbandingan air/semen ( water/cement ratio ),
      • Tipe semen,
      • Admixtures / bahan tambahan,
      • Agregat,
      • Kelembaban selama curing / perawatan ( pada waktu beton baru saja mulai mengeras),
      • Temperatur selama curing,
      • Umur beton,
      • Kecepatan pembebanan.

 Perbedaan Kurva Tegangan-Regangan Beton dan Baja :

Kurva tegangan-regangan beton
Kurva tegangan-regangan baja

  • Kurva tegangan-regangan Beton bersifat linier hingga 1/3 sampai 1/2 dari kekuatan tekan ultimate, setelah itu kurva bersifat non linier.
  • Tidak terdapat titik leleh yang jelas, kurva cenderung smooth.
  • Kekuatan tekan ultimate tercapai pada regangan sebesar 0.002.
  • Beton hancur pada regangan 0.003 sampai 0.004. Untuk perhitungan, diasumsikan regangan ultimate beton adalah 0.003.
  • Beton mutu rendah lebih daktail dari beton mutu tinggi, yaitu mempunyai regangan yang lebih besar pada saat hancur.
Kekuatan Tekan Beton :
  • Dua faktor utama yang menentukan kekuatan tekan beton adalah:
    • Perbandingan air semen ( w/c ratio ), dan
    • Tingkat kepadatan / kekompakan beton.
  • Jika diasumsikan bahwa beton tidak memiliki masalah kekompakan kepadatan, maka faktor utama yang menentukan kekuatan beton adalah perbandingan air semen.
Artinya makin KECIL w/c ratio, makin BESAR kuat tekan beton, begitupun sebaliknya.

Faktor-faktor lain yang menentukan kekuatan beton :
  • Perbandingan semen terhadap agregat.
  • Gradasi, tekstur permukaan, bentuk, kekuatan, dan kekakuan agregat kasar.
  • Ukuran maksimum agregat kasar.
  • Menurut penelitian Walker dan Bloem ( 1960 ) kekuatan beton merupakan hasil dari:
    • Kekuatan mortar semen,
    • Lekatan antara mortar semen dengan agregat kasar,
    • Kekuatan agregat kasar.

  • MODULUS ELASTISITAS ( Ec )
Modulus elastisitas beton adalah konstanta elastis dari material beton yang besarnya dapat ditentukan dari kurva hubungan tegangan-regangan yang merupakan kemiringan atau tangen dari kurva tersebut.
  • Modulus awal, yaitu slope atau kemiringan kurva tegangan regangan di titik awal kurva ( Ec ).
  • Modulus tangen, yaitu slope atau kemiringan di suatu titik singgung (tangen point)pada kurva tegangan regangan, misalkan pada kekuatan 50% dari kekuatan ultimate.
  • Modulus secan, yaitu garis yang menghubungkan titik awal kurva dengan titik lain pada kurva, misal titik dengan tegangan 0.5 fc’.

Kurva tegangan-regangan untuk beberapa nilai kuat
tekan beton
 
Modulus elastisitas yang tinggi berarti kekakuan beton tsb tinggi, sedang modulus elastisitas yang rendah berarti beton tsb bersifat lebih ductile.

Modulus elastisitas beton ( berat normal ) bervariasi antara 20000 sampai 30000 MPa, tergantung dari kuat tekannya. Modulus elastisitas juga dipengaruhi oleh karakteristik bahan penyusunnya terutama modulus elastisitas dari agregat kasarnya.

  • SUSUT ( SHRINKAGE )
Susut didefinisikan sebagai perubahan ( penurunan ) volume yang tidak berhubungan dengan beban. Tingkat susut pada beton berbanding lurus dengan faktor air semennya dan berbanding terbalik dengan ukuran agregat kasarnya.

Pada saat adukan beton mengeras, sebagian dari air akan menguap . Akibatnya beton akan menyusut dan retak.

Retak dapat mengurangi kekuatan elemen struktur, dan dapat menyebabkan baja tulangan terbuka sehingga rawan terhadap korosi.

Susut berlangsung pada waktu yang lama, tetapi 90% terjadi pada tahun pertama.

Semakin luas permukaan beton yang terbuka, semakin tinggi tingkat susut yang terjadi.

Besarnya susut tergantung dari komposisi beton, yaitu a.l. kandungan air, volume dan jenis agregat kasar serta jenis semen.

Untuk mengurangi susut:
  • Gunakan air secukupnya pada campuran beton.
  • Permukaan beton harus terus dibasahi selama pengeringan berlangsung ( curing ).
  • Pengecoran elemen besar ( plat, dinding, dll ) dilangsungkan secara bertahap.
  • Gunakan sambungan struktur untuk mengontrol lokasi retak.
  • Gunakan tulangan susut.
  • Gunakan agregat yang padat dan tidak berongga ( porous ).

  • RANGKAK ( CREEP )
Rangkak didefinisikan sebagai peningkatan regangan dengan bertambahnya waktu pada kondisi tegangan yang konstan. Pada struktur beton bertulang, rangkak akan menimbulkan deformasi yang permanen.
  • Pada saat struktur dibebani, deformasi elastis akan langsung terjadi pada struktur.
  • Pada saat mengalami beban ini, beton akan terus berdeformasi sejalan dengan waktu. Deformasi tambahan ini disebut dengan rangkak atau plastic flow.
  • Jika beban terus bekerja, deformasi akan terus bertambah, hingga deformasi akhir dapat mencapai dua atau tiga kali deformasi elastis.
  • Jika beban dipindahkan, struktur akan kehilangan deformasi elastisnya, tetapi hanya sebagian kecil dari deformasi tambahan / rangkak yang akan hilang.
  • Sekitar 75% dari rangkak terjadi pada tahun pertama.

  • KEKUATAN TARIK
Kuat tarik beton hanya berkisar antara 9-15% dari kuat tekannya, tergantung dari jenis test yang digunakan ketika pengujian.


Karakteristik Bahan Penyusun Beton

Telah disebutkan sebelumnya bahwa beton merupakan campuran dari beberapa material.

Karena beton merupakan suatu komponen yang dihasilkan dari interaksi mekanis dan kimiawi dari material-material pembentuknya, maka sifat beton baik pada saat belum mengeras ( fresh concrete ) maupun pada saat sudah mengeras ( hardened concrete ), amat dipengaruhi oleh karakteristik bahan penyusunnya.

Oleh sebab itu, untuk memahami sifat beton, perlu dipelajari karakteristik dari masing-masing material penyusunnya.



sumber :
http://strukturbeton.web.id/blog/modulus-elastisitas/
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekanik-logam/
http://www.milanondalle.com/kuat-tekan-beton/
PDF KL2105 - 02 Material Beton [1]

Pendahuluan

PENGERTIAN BETON & BETON BERTULANG
 
Beton adalah campuran dari :
  • Udara ( 3% - 6% ),
  • Semen ( 10% - 12% ),
  • Air ( 14% - 18% ),
  • Pasir ( 20% - 27% ),
  • Agregat ( 40% - 49% ).

Bahan lain ( admixtures ) dapat ditambahkan pada campuran beton untuk meningkatkan workability, durability, dan waktu pengerasan.
 
Beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dan kekuatan tarik yang rendah.

Beton dapat retak karena adanya :
  • Tegangan Tarik akibat Beban,
  • Susut yang tertahan,
  • Perubahan Temperatur.

Beton Bertulang adalah kombinasi dari Beton dan Baja ( Tulangan ).

Baja tulangan memberikan kekuatan tarik yang tidak dimiliki beton, baja tulangan juga dapat memberikan tambahan kekuatan tekan pada struktur beton.


http://slideplayer.info/slide/3728623/

Keuntungan dari Beton Bertulang :
  • Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dibandingkan kebanyakan material lain.
  • Cukup tahan terhadap api dan air.
  • Sangat kaku.
  • Pemeliharaan yang mudah dan relatif murah
  • Umur bangunan yang panjang.
  • Mudah diproduksi, terbuat dari bahan-bahan yang tersedia lokal (batu pecah/kerikil, pasir, dan air), dan sebagian kecil semen dan baja tulangan yang dapat didatangkan dari tempat lain.
  • Dapat digunakan untuk berbagai bentuk elemen struktur
    (balok, kolom, pelat, cangkang, dll).
  • Ekonomis, terutama untuk struktur pondasi, basement, pier, dll.
  • Tidak memerlukan tenaga kerja dilatih khusus.


Kerugian dari Beton Bertulang :
  • Mempunyai kekuatan tarik yang rendah (berkisar antara 9-15% kuat tekannya) sehingga memerlukan baja tulangan untuk menahan tarik.
  • Memerlukan cetakan/bekisting serta formwork sampai beton mengeras, yang biayanya bisa cukup tinggi.
  • Struktur umumnya berat karena kekuatan yang rendah per unit berat.
  • Struktur umumnya berdimensi besar karena kekuatan yang rendah per unit volume.
  • Properties dan karakteristik beton bervariasi sesuai dengan proporsi campuran dan proses mixing .
  • Berubah volumenya sejalan dengan waktu (adanya susut dan rangkak).

Kriteria-kriteria agar Beton yang dihasilkan memiliki Kualitas yang baik :
  • Masih dalam keadaan Basah ( Beton segar / fresh concrete )
Konsistensi campuran sedemikian sehingga adukan tersebut dapat dipadatkan dengan mudah, selain itu adukan juga cukup kohesif untuk ditempatkan/dicor sehingga tidak terjadi segregasi (pemisahan kerikil) yang berakibat pada saat beton tersebut mengeras diperoleh beton yang tidak homogen.
  • Sudah Mengeras ( Hardened concrete )
Kekuatan tekan beton & durabilitas beton tersebut harus sesuai dengan yang disyaratkan.


sumber :
https://dhemajad92.wordpress.com/teknik-sipil/konstruksi-beton/
http://slideplayer.info/slide/3728623/